Senin, 14 November 2011

hahay...

Berapa gaji Minimal untuk MENIKAH ...?




...

Seorang temen pernah bertanya: “Eh, kalo gw nikah tapi dengan gaji gw yang cuma Rp***** bisa ga ya? Cukup ga ya? Hmmm…..

Maka dari pertanyaan itu dibuat survey asal, dan berikut adalah daftar pengeluaran standar bulanan setelah merit. Sekedar berbagi aja, buat temen2 yang mungkin juga mengalami "Matery after merit phobia syndhrome"..

Daftar anggaran bulanan:
-------------------------------
(asumsi : disusun berdasarkan skala proritas, disusun dengan sangat2 relatif, dan berdasarkan basic needs standar menengah ke bawah).

1. Makan
Dengan asumsi sekali makan adalah Rp. 5.000. Maka makan 3x sehari, kali 2 orang (karena lagu sepiring berdua cuma berlaku pada saat pacaran aja), kali 30 hari adalah : Rp. 900.000.

*Tips :
Rajin2 ke kondangan, walimahan, atau sunatan, dan bawa pulang nasi kotaknya, pasti lebih ngirit.

2. Kontrakan
Dengan asumsi masih ngontrak di rumah petak, yang punya uda botak, tapi masih galak, dan punya anjing belum jinak. Maka dana untuk kontrakan sekitar Rp. 500.000/bulan.

*Tips :
Tinggallah di Pondok Mertua Indah. Niscaya 2 dana diatas gak akan pernah ada. Di pondok mertua indah, anda akan bebas makan apa aja, termasuk "makan ati" (^__^)

3. Listrik dan Air
Dengan asumsi daya listrik 900 watt dan pake jetpam maka anggaran untuk listrik adalah Rp. 100.000/bulan.

*Tips :
Jangan pake AC, cukup AC (Angin Cendela). Jangan suka main Plestesyen (PS), cukup main monopoli,sudamanda atau gaple, domino ama istri terasa lebih romantis.

4. Transportasi
Dengan asumsi naik motor ke kantor, dengan motor yang paling irit rit rit, maka untuk ongkos bensin dan servis adalah Rp. 100.000.

*Tips :
Gunakanlah Bensin campur! (Maksudnyah campur dorong, pasti lebih irit). Atau ikutlah “Nebeng Fans Club”, dengan alasan mempererat silaturahmi dengan yang ditebengi maka perjalanan berangkat dan pulang kantor akan terasa lebih menyenangkan.

5. Komunikasi
Dengan asumsi pake CDMA yang 1000/menit maka untuk sebulan, ongkos komunikasi berdua adalah Rp. 100.000.

*Tips :
Pakelah "FREN" yang lebih murah (maksudnya kalo mau nelpon atau sms tinggal bilang “Freeen…minjam HP nya dong freen…”)

6. Keperluan Sehari Hari
Seperti sabun,odol,syampu, dll dsb. Dengan asumsi tidak pake fesyel,krimbat, manikyur, pedikyur, kukyur2 maka alokasi dana untuk ini sebesar Rp.50.000.

*Tips :
Mandi kalo perlu saja. Kalo dulu 2 kali sehari,jadi 2 hari sekali. Untuk ngirit odol kembalilah memakai tumbukan batu bata

7. Kesehatan
Seperti minyak kayu putih,vitamin, obat pusing (ini penting buat pengantin baru wekekekek!), maka alokasi cadangan untuk kesehatan sebesar Rp. 50.000.

*Tips :
Jaga kesehatan. Jangan begadang…kalo tiada artinya…begadang bole saja…asalkan sambil
ronda (halah!!)

8. Entertaiment
Nha ini kalo ada uang lebih aja, bisalaah sekali2 nomat (nonton hemat, bioskop), liat live music, lari pagi di monas, atau makan martabak sekali2.

Kesimpulan
Jadi, dapat kita simpulkan…
Dari asumsi basic needs diatas maka pengeluaran untuk tiap bulan adalah sebesar :

Rp. 1.800.000/ bulan..

(busyeeett dah…masih gede juga ya)

Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbangan temen2 ketika pengen nikah, untuk kemudian dibandingkan dengan pemasukan yang ada. Kalopun masih ‘besar pasak daripada tiang’ Anda bisa memperkecil pasak, atau memperbesar tiang…ataauu. ..ga usak pake pasak, tapi dipaku aja!

Tapi ada 1 hal yang ga bisa dijelaskan dengan perhitungan ketika anda memutuskan untuk menikah
(Serius Mode : On)....

Yaitu, Berkah Menikah..

Selalu, Allah akan mencukupi kebutuhan umatnya yang mau berusaha dan berdoa. Selalu bersukur dan percaya bahwa Allah-lah raja dari segala raja acounting! Ok ??
See more

:-)

Untuk Calon Istriku :::Live 4 Allah:::


Assalammu'alaikum Wr... Wb...

...

Apa kabar calon istriku? Hope u well and do take care...
Allah selalu bersama kita

Ukhtiku...
Masihkah menungguku...?

Hm... menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?!
Menunggu...
Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang 'istimewa'
Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa
Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu
Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat

Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan-Nya,
melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu,
atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati
Eits, bukan berarti melamun sampai angong alias ngayal dengan pikiran kosong
Karena itu justru berbahaya, bisa mengundang makhluk dari 'dunia lain' masuk ke jiwa

Banyak hal lain yang bisa kau lakukan saat menunggu
Percayalah bahwa tak selamanya sendiri itu perih
Ngejomblo itu nikmat, jenderal!
Ups, itu judul tulisanku beberapa waktu lalu

Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif
Mumpung waktu kita masih banyak luang
Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga
Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak
Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak

Karenanya wahai bidadari dunia...
Maklumilah bila sampai saat ini aku belum datang
Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda
Tapi persoalan yang mendera bangsa ini kian banyak dan kian rumit
Begitu banyak anak tak berdosa yang harus menderita karena busung lapar, kurang gizi, lumpuh layuh hingga muntaber
Belum lagi satu per satu kasus korupsi tingkat tinggi yang membuktikan bahwa negeri ini 'sarang tikus'
Ditambah lagi bencana demi bencana yang melanda negeri ini
Meski saat ini hidup untuk diri sendiri pun rasanya masih sulit
Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik
Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri

Ukhtiku...
Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah
Telah kulihat wajahmu dan aku mengerti,
betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu
Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu
Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang
Karena jalan ini masih panjang
Banyak hal yang menghadang
Hatiku pun melagu dalam nada angan
Seolah sedetik tiada tersisakan
Resah hati tak mampu kuhindarkan
Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan
Karang asaku tiada 'kan terkikis dari panjang jalan perjuangan, hanya karena sebuah kegelisahan
Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan
Keputusan besar untuk datang kepadamu

Ukhtiku...
Jangan menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu
Percayalah pada-Nya, Yang Maha Pemberi Cinta,
bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir
Yakinlah...saat itu pasti 'kan tiba
Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu
Karena kecantikan hati dan iman yang dicari
Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu
Karena aura keimananlah yang utama
Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga,
merasuk dan menembus relung jiwa

Wahai perhiasan terindah...
Hidupmu jangan kau pertaruhkan, hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pernikahan. Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.

Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil
Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup
Pasrahkan inginmu sedalam qalbu, pada tahajjud malammu
Bariskan harapmu sepenuh rindumu, pada istikharah di shalat malammu
Pulanglah pada-Nya, ke dalam pelukan-Nya
Jika memang kau tak sempat bertemu diriku,
sungguh...itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci
Dan kau terpilih menjadi Ainul Mardhiyah di jannah-Nya

Ukhtiku...
Skenario Allah adalah skenario terbaik
Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita
Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang,
merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya
Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita

Ukhtiku...
Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah 'kan menjelang jua
Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan
Apa kabarkah kau disana?
Lelahkah kau menungguku berkelana?
Lelahkah menungguku kau disana?
Bisa bertahankah kau disana?
Tetap bertahanlah kau disana...
Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu
Bila waktu itu telah tiba,
kenakanlah mahkota itu,
kenakanlah gaun indah itu...
Masih banyak yang harus kucari, 'tuk bahagiakan hidup kita nanti...

Ukhtiku...
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir
Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera,
kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang
Cinta membuat hati terasa terpotong-potong
Jika di sana ada bintang yang menghilang,
mataku berpendar mencari bintang yang datang
Kalau memang kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang...


Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat
Dan mendo'akanmu agar kau selalu sehat, bahagia,
dan mendapat yang terbaik dari-Nya
Aku tak pernah berharap, kau 'kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini
Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup
Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini
Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau 'tuk dikagumi
Akulah orang yang 'kan selalu mengagumi, mengawasi, menjaga dan mencintaimu

Ukhtiku...
Saat ini ku hanya bisa mengagumimu,
hanya bisa merindukanmu
Dan tetaplah berharap, terus berharap
Berharap aku 'kan segera datang
Jangan pernah berhenti berharap,
Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup

Bila kau jadi istriku kelak,
jangan pernah berhenti memilikiku
dan mencintaiku hingga ujung waktu
Tunjukkan padaku kau 'kan selalu mencintaiku
Hanya engkau yang aku harap
Telah lama kuharap hadirmu di sini
Meski sulit, harus kudapatkan
Jika tidak kudapat di dunia...
'kan kukejar sang Ainul Mardhiyah yang menanti di surga

Ku akui cintaku tak hanya hinggap di satu tempat,
aku takut mungkin diriku terlalu liar bagimu
Namun sejujurnya, semua itu hanyalah persinggahan egoku,
pelarian perasaanku
dan sikapmu telah meluluhkan jiwaku
Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti...
Apa yang akan ku hadapi
Dan apa yang harus kucari dalam hidup

Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu bijaksana
Aku goreskan syair sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu mempesona
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya
Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku dan bagimu
Semoga...

Kau terindah di antara bunga yang pernah aku miliki dahulu
Kau teranggun di antara dewi yang pernah aku temui dahulu
Kau berikan tanda penuh arti yang tak bisa aku mengerti
Kau bentangkan jalan penuh duri yang tak bisa aku lewati
Begitu indah kau tercipta bagi Adam
Begitu anggun kau terlahir sebagai Hawa
Kau terindah yang pernah kukagumi meski tak bisa aku miliki
Kau teranggun yang pernah kutemui meski tak bisa aku miliki
......

(Dewi Khayalan - Daun Band)

Ya Allah...
ringankanlah kerinduan yang mendera
kupanjatkan sepotong doa setiap waktu,
karena keinginan yang menyeruak di dalam diriku

Ya Allah...
ampuni segala kekhilafan hamba yang hina ini
ringankan langkah kami
beri kami kekuatan dan kemampuan
tuk melengkapkan setengah dien ini,
mengikuti sunnah RasulMu
jangan biarkan hati-hati kami
terus berkelana tak perpenghujung
yang hanya sia-sia dengan waktu dan kesempatan
yang telah Engkau berikan
Aamiin...

Wassalamu'alaikum Wr... Wb
See more

Senin, 24 Oktober 2011

Sepuluh Karakter Suami Ideal

Sepuluh Karakter Suami Ideal

18/10/2011 | 21 Zulqaedah 1432 H | Hits: 16.254
Oleh: Cahyadi Takariawan
Kirim Print
Ilustrasi (griyapernikahan.com)
dakwatuna.com – Menjadi suami ideal, bisakah? Sudah lebih dari dua puluh tahun menjadi suami, namun saya merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya selalu berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari. Mungkin tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah untuk mencapainya.
Namun sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa karakter ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini, saya hanya berjalan melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas yang mekanistik. Setiap hari seperti itu saja, bersembunyi di balik ungkapan “terimalah aku apa adanya”, lalu kita merasa tidak perlu melakukan perbaikan dan perubahan apapun. Toh pasangan kita sudah menerima kita apa adanya.
Pada kesempatan kali ini saya ingin meringkaskan tulisan tentang karakter suami ideal, dari pertama hingga kesepuluh.
Karakter pertama, suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama, bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih sayang untuk istri Anda.
Karakter kedua, suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi. Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak. Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka, tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.
Karakter ketiga, suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang lebih utama dan penting. Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang Anda minta.
Karakter keempat, suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.
Karakter kelima, suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu. Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan istri bisa mengerti pikiran suami.
Karakter keenam, suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik istri, artinya Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan menjauh.
Karakter ketujuh, suami ideal memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Bagilah peran secara berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
Karakter kedelapan, suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.
Definisikan format prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka dukung dan doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih sayang. Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira, berbangga dan mampu merayakannya.
Karakter kesembilan, suami ideal selalu tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat, penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun di atas sisa-sisa?
Jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.
Karakter kesepuluh, suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat melaksanakan akad nikah di depan petugas pernikahan. Dalam perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini bisa mengendur dan melemah, maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan.
Demikianlah ringkasan keterangan sepuluh karakter suami ideal. Semoga ada manfaatnya untuk membawa kita menuju kondisi yang lebih baik.

Kamis, 13 Oktober 2011

Rukun Khutbah Shalat Iedul Fitri


Sebenarnya dari segi rukun, tidak ada perbedaan antara khutbah hari raya dengan khutbah jumat. Rukun khutbah Jumat ada lima, yaitu: mengucap hamdalah, bershalawat kepada nabi Muhammad SAW, menyampaikan pesan atau wasiat, membaca ayat Al-Quran dan berdoa mohon ampunan umat umat Islam.

Namun dari segi syarat, harus diakui bahwa khutbahdua hari rayamemang agak berbeda ketentuannya dengan khutbah Jumat. Kalau dilihat dari syaratnya, khutbahdua hari rayamemang lebih ringan dan lebih mudah dibandingkankhutbah Jumat.

Para ulama telah menuliskan beberapa perbedaankedua jenis khutbah itudi dalam banyak kitab fiqih. Antara lain yang kita kutip dari kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu jilid 2 halaman 1403 karya Dr. Wahbah Az-Zuhaili.

Berikut petikannya:

1. Khutbah Jumat dilakukan sebelum shalat Jumat dilaksanakan, sedangkan khutbahdua harirayadilakukan setelah shalat. Dalilnya adalah sebagai berikut:

Dari Ibnu Umar ra berkata, "Sesungguhnya nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman (ridhwanullahi ''alaihim) melakukan shalat ''Ied sebelum berkhutbah. (HR Bukhari dan Muslim)

Bahkan jumhur ulama selain Al-Hanafiyah mengatakan bila khutbah dilakukan terlebih dahulu dari shalatnya, maka hukumnya tidak sah. Dalam kasus itu, disunnahkan untuk mengulangi khutbah setelah shalat.

2. Sunnah di dalam khutbah dua hari raya adalah memulai dengan takbir, sedangkanpada shalat jumat, khutbah dibuka dengan ucapan hamdalah.

Menurut jumhur ulama, pada khutbah yang pertama, disunnahkan untuk mengucapkan takbir 9 kali berturut-turut dan pada khutbah yang kedua sebanyak 7 kali berturut-turut.

Dalilnya adalah hadits berikut ini:

Dari Said bin Mansur bin Ubaidillah bin ''Atabah berkata, "Imam bertakbir 9 kali pada dua hari raya sebelum berkhutbah dan 7 kali pada khutbah yang kedua.

Sedangkanshalat Jumat tidak didahului dengan takbir melainkan dengan mengucapkan hamdalah. Danmengucapkan hamdalahtermasuk rukun yang bila ditinggalkan, khutbah jumat menjadi tidak sah menurut Asy-Syafi''iyah dan Al-Hanabilah. Namun hamdalah hukumnya sunnah menurut Al-Hanafiyah serta mandub menurut Al-Malikiyah.

3. Di dalam khutbah dua hari raya, disunnahkan juga buat jamaah yang hadir untuk ikut bertakbir saat khatib membuka khutbahnya dengan takbir, meski dilakukan cukup secara perlahan (sirr).

Sedangkan di dalam khutbah jumat, haram hukumnya berbicara apapun meksi untuk berzikir. Dan hal ini telah disepakati oleh jumhur ulama.

4. Di dalam khutbah dua hari raya, khatib tidak disunnahkan untuk duduk begitu naik ke atas mimbar. Khatib langsung mulai khutbahnya tanpa ada sunnah untuk duduk sebentar seperti pada khutbah jumat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam khutbah jumat, begitu khatib naik mimbar dan mengucapkan salam kepada jamaah, disunnahkan untuk duduk sebentar dan muadzdzir mengumandangkan adzan.

Sedangkan khutbah dua hari raya, begitu naik mimbar, maka langsung saja membacakan khutban, tidak ada sunnah untuk duduk sebentar seperti dalam khutbah Jumat.

5. Dalam menyampaikan khutbah dua hari raya, tidak ada syarat bagi khatib untuk suci dari hadats seperti dalam khutbah Jumat, sehingga dibolehkan menyampaikan khutbah meski tidak dalam keadaan suci.

Sehingga misalnya khatib sedang khutbah dua hari raya, lalu karena satu dan lain hal, tiba-tiba wudhu''-nya batal, maka dia boleh meneruskan khutbahnya.

Berbeda dengan khutbah Jumat, bila khatib batal wudhu''-nya karena satu dan lain hal, maka dia harus berwudhu'' lagi. Karena syarat sah khutbah Jumat adalah suci dari hadats kecil (dan besar tentunya).

Berwudhu'' atau suci dari hadats khutbah dua hari raya hukumnya sunnah, bukan wajib atau syarat sah.

6. Tidak disyaratkan bagi khatib dalam khutbah dua hari raya untuk berdiri. Dia boleh melakukannya sambil duduk. Namun tetap disunnahkan untuk berdiri, meski bukan rukun atau syarat.

Sedangkan dalam khutbah Jumat, khatib harus berdiri ketika menyampaikan khutbahnya, karena berdiri termasuk rukun khutbah.

7. Khutbah dua hari raya tidak disyaratkan terdiri dari dua khutbah. Sedangkan khutbah jumat diharuskan terdiri dari dua khutbah. Namun jumhur ulama tetap mengatakan bahwa meski tidak disyaratkan, namun hukumnya tetap sunnah untuk menjadikan khutbah dua hari raya terdiri dari 2 khutbah.

8. Juga tidak disyaratkan untuk duduk sejenak di antara dua khutbah. Hukumnya bukan rukun atau kewajiban, namun hukumnya adalah sunnah untuk duduk di antara dua khutbah seperti layaknya khutbah Jumat.

Sedangkan di dalam khutbah Jumat, duduk di antara dua khutbah diharuskan.

Hukum Mengukuti Khutbah Dua Hari Raya

Namun pada hakikatnya, menurut para ulama, hukum untuk mengikui khutbah dua hari raya sebenarnya bukan rukun dan juga bukan kewajiban. Melainkah hukumnya sunnah. Sehingga bila ada jamaah yang selesai shalat langsung pulang dantidak hadir mendengarkan khutbah, sesungguhnya shalatnya sudah sah.

Namun demikian, tetap disunnahkan untuk hadits mendengarkan khutbah dua hari raya, karena pasti akan sangat berguna dan itulah yang dilakukan oleh para shahabat nabi ridhwanullahi ''alaihim.

Dalilnya adalah sabda nabi Muhammad SAW berikut ini:

Dari Atha'' bin Abdillah bin As-Saib berkata, "Aku hadits bersama nabi SAW pada shalat hari raya, ketika shalat selesai beliau SAW bersabda, "Kami akan berkhutbah, bagiyang ingin mendengarkan, silahkan mendengarkan. Namun bagi yang ingin pergi, silahkan pergi. (HR Ibnu Majah dengan isnad yang tsiqah)

Hadits ini selain diriwayatkan oleh Ibnu Majah, juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan An-Nasa''i. Namun beliau mengatakan bahwa hadits ini mursal. Silahkan periksa di dalam kitab Nailul Authar jilid 3 halaman 305.

Namun keberadaan khutbah dua hari raya itu sendiri tetap harus ada. Karena yang namanya shalat dua hari raya memang harus dengan khutbah.



Jumlah Takbir Shalat Idul Fitri


Kita mengenal ada tiga jenis atau tiga nama takbir.

1. Takbir Al-Ihram

Takbir ini sering kita sebut dengan digabungkan menjadi takburatulihram. Takbir itu artinya mengucapkan lafadz Allahu Akbar. Dan kata Ihram berarti mengharamkan.

Sehingga makna takburatulihram adalah takbir untuk mengharamkan. Lho, mengharamkan apa?

Maksudnya mengharamkan diri kita dari hal-hal yang merusak shalat, seperti makan, minum, berbicara dan lainnya. Jadi fungsi dasar dari takbiratulihram adalah sebagai pembuka atau garis start sebuah shalat. Dengan lafadz takbratulihram itu maka shalat secara sah telah dimulai.

Secara status dan kedudukannya, hukum takbiratulihrambukan sunnah, juga bukan wajib, melainkah merupakan rukun dari suatu shalat. Di mana tanpa takbir ini, shalat menjadi tidak sah. Dalilnya adalah:

Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kunci shalat itu adalah kesucian (thahur) dan yang mengharamkannya (dari segala hal di luar shalat) adalah takbir." (HR Abu Daud dan Tirmizy dengan isnad yang shahih)

Dari Rufa`ah Ibnu Rafi` bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak syah shalat serorang hamba hingga dia berwudhu` dengan sempurna dan menghadap kiblat lalu mengucapkan Allahu Akbar. (HR Ashabus Sunan dan Tabarany)

"Bila kamu shalat maka bertakbirlah." (HR Muttafaqun Alaihi).

2. Takbir Al-Qiyam

Takbir jenis kedua disebut dengan istilah takbir qiyam. Qiyam artinya bangun. Maksudnya takbir ini diucapkan pada saat seseorang bangun untuk berdiri setelah sebelumnya berada dalam posisisujud ataududuk tahiyat pada rakaat sebelumnya. Dan termasuk ke dalam jajaran takbir intiqal, yaitu takbir yang mengiringi perpindahan gerakan shalat.

Secara status, hukumtakbir ini sunnah bukan merupakan kewajiban atau rukun shalat. Artinya, ketika seseorang tidak mengucapkannya, maka tidak merusak shalat tersebut. Dalilnya adalah:

Dari Ibnu Mas''ud ra berkata, "Aku melihat nabi SAW bertakbir setiap bangun atau turun, baik berdiri atau duduk." (HR Ahmad, An-Nasai dan At-Tirmizy dengan status shahih).

Kecuali pada saat bangun dari ruku'', maka bacaannya adalah "Sami''allahu liman hamidah." Maknanya, Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya.

3. Takbir Khusus Shalat ''Ied

Di luar kedua takbir di atas, adalah lagi jenis takbir yang ketiga. Takbir itu adalah takbir sunnah, bukan wajib, yang secara khusus dianjurkan untuk dilafadzkan pada saat kita sedang melakukan shalat ''Iedul fithr atau ''Iedul Adha.

Sekali lagi ditegaskan, takbir ini berbeda dan bukan termasuk kedua takbir di atas. Dalilnya secara khusus adalah hadits berikut ini:

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Takbir ketika sholat Ied 7 kali di rakaat yang pertama dan 5 kali di rakaat yang kedua” (HR Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi)

Lihat juga kitab Shahih Sunan Abu Daud No. 1020 dan Shahih Sunan Ibnu Majah 1056.

Dari Amr bin Syu''aib dari ayahnya dan dari kakeknya radhiyallahu ''anhum berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Takbir di sholat Iedul Fithri tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali di rakaat yang kedua. Dan membaca ayat Al-Quran sesudah takbir pada keduanya” (HR Abu Daud, lihat Shohih Sunan Abu Daud No. 1018)

Para ulama seperti Asy-syafi''i mengatakan bahwa sunnahnya diucapkan 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua. Tempatnya bila dalam rakaat pertama adalah setelah takbiratulihram dan sebelum membaca doa iftitah dan bacaan Al-Fatihah.

Sedangkan bila di dalam rakaat kedua, tempatnya setelah takbir qiyam dari rakaat pertama, sebelum membaca surat Al-Fatihah.

Maka isykal diharapkan sudah selesai dengan penjelasan ini. Sunnah melafadzkan takbir 7 kali di rakaat pertama DILUAR takbiratulihram. Bukan delapan kali tetapi 7 kali. Sedangkan takbiratulihram tidak dihitung. Tetapi kalau mau dihitung juga, ya jadi 8 kali takbir memang.

Dan sunnah juga melafadzkan takbir 5 kali DILUAR takbir qiyam. Dengan syarat, takbir bangun dari sujud tidak dihitung. Tapi kalau dihitung juga, ya jadi 6 kali takbir.

Tapi kita sepakat bahwa takbiratulihram dan takbir qiyam tidak diikutkan dalam hitungan.



Jika Ada yang Masbuk dalam Shalat Ied


Salah satu yang membedakan shalat ‘Ied dengan shalat lainnya adalah adanya beberapa kali takbir di awal tiap rakaat. Baik rakaat pertama atau pun rakaat kedua. Di dalam hadits Rasulullah SAW, memang ada disebutkan masalah ini:

Dari Katsir dari Ayahnya dari Kakeknya bahwa Rasulullah SAW dalam shalat Iedain dalam rakaat pertama melakukan takbir 7 kali sebelum qiraah dan dalam rakaat kedua bertakbir 5 kali sebelum qiraah. (HR. Turmuzi, Abu Daud, Ibnu Majah)

Juga ada keterangan yang menyebutkan bahwa disunnahkan untuk mengangkat tangan pada saat takbir-tabkir itu dilakukan. Dalilnya adalah:

Dari Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW mengangkat tangan pada setiap takbir dalam shalat ‘Ied. (HR Baihaqi dalam hadits mursal dan munqathi’)

Sedangkan pada setiap jeda antara satu takbir dengan takbir lainnya, disunnahkan untuk membaca tasbih, tahmid dan tahlil seperti lafaz ‘Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah). Lafaz ini juga dikenal dengan istilah ‘al-baqiyatush shalihat’. Sebuah istilah yang ada dalam ayat Al-Quran Al-Karim:

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi ‘al-baqiyatush shalihat’(amalan-amalan yang kekal lagi saleh) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS Al-Kahfi: 46)

Kasus Makmum Ketinggalan Takbir

Dalam mazhab Al-Malikiyah disebutkan bahwa bila seorang makmum ketinggalan dalam mengikuti imam dalam takbir shalat ‘Ied, maka selama imam masih bertakbir, hendaknya dia diam saja dan baru bertakbir saat imam sudah selesai membaca takbir atau sudah mulai membaca Al-fatihah.

Tetapi bila seorang makmum bergabung dengan shalat sebagai masbuk, di mana imam sudah selesai bertakbir dan sudah membaca Al-Fatihah atau ayat Al-Quran Al-Karim, maka dia boleh bertakbir sendiri setelah takbiratul ihram lalu mengikuti imam.

Hal seperti juga dikerjakan bila dia tertinggal satu rakaat dan baru ikut shalat dengan imam pada rakaat kedua.

Khusus bagi makmum yang tertinggal dua rakaat, yaitu yang tidak sempat ikut ruku'' bersama imam pada rakaat kedua, maka makmum itu harus mengqadha’ sendirian shalatnya itu dengan melakukan shalat dua rakaat setelah imam selesai salam. Juga dengan bertakbir 6 kali di rakaat pertama dan 5 di rakaat kedua. (Mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa takbir pada rakaat pertama itu 6 kali selain takbirtaul ihram).

Dalam mazhab Asy-Syafi`iyah disebutkan bahwa orang yang masbuk di dalam shalat ‘Ied atau tertinggal sebagian shalat hendaknya bertakbir pada saaat setelah selesai mengqadha’ apa yang dia tertinggal.

Dalam mazhab Al-Hanabilah disebutkan bahwa makmum yang mendapati imam sudah selesai bertakbir atau sudah dalam bertakbir, maka dia tidak perlu bertakbir. Hal yang sama juga bila dia mendapati imam sudah ruku''. Hal itu karena tempat untuk takbir sudah terlewat. Dan makmum yang masbuk bertakbir bila makmum itu sudah menyelesaikan qadha’ atas apa yang tertinggal.

Semua itu merupakan kesimpulan dari para ahli ilmu dengan dalil hadits:

Apa yang bisa kamu dapati bersama imam maka shalatlah, sedangkan apa yang terlewat/tertinggal, maka qadha’lah.

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

Khutbah Ied 1 Syawal 1429H

Minggu, 28/09/2008 15:50 WIB | Arsip | Cetak
بسم الله الرحمن الرحيم
MEMAHAMI KEADAAN ZAMAN (MA’RIFATUZ ZAMAN)
Muhammad Ihsan Arlansyah Tandjung
Masjid Al-Hakim PT Sucofindo-Pancoran-Jaksel
01 Syawwal 1429 H / September-Oktober 2008
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا
لآإله إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
لآإله إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده
لآإله إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
الحمد لله الذي ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخوانا
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كله
ولو كره المشركون
أشهد أن لآإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
اللهم صلي على محمد و على آله و أصحابه و أنصاره و جنوده
و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
فقال الله تعالى في كتابه الكريم:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Diantaranya, marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang paling istimewa yang telah kita terima selama ini, padahal tidak semua manusia memperolehnya. Dan terkadang kitapun bertanya-tanya mengapa kita termasuk yang memperolehnya? Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi jelas, terarah dan berma’na.
Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya…bersama keluarga yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.
Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Sepanjang perjalanan zaman Allah SWT senantiasa memperlihatkan sifat-sifat utamanya, yakni Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Tidak pernah sesaatpun Allah Ta’ala biarkan umat manusia hidup di dunia dalam kegelapan dan ketidak-jelasan. Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada hamba-hambaNya. Allah Ta’ala mewujudkan hal ini melalui pengiriman para utusan-Nya di setiap kelompok umat manusia di sepanjang zaman.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (semata), dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu” (QS An-Nahl ayat 36)
Tidak ada seorang Nabi ataupun Rasul yang diutus Allah Ta’ala kepada ummat manusia bersuku-bangsa apapun sepanjang zaman kapanpun di negeri manapun, kecuali beliau pasti menyampaikan seruan abadi yang seragam tsb:
“Sembahlah Allah (semata) dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu.”
Demikianlah seruan yang disampaikan oleh Nabi Adam as kepada ummatnya, Nabi Nuh as kepada umatnya, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as serta Nabi Isa as kepada masing-masing ummat mereka. Bahkan segenap Nabiyullah -yang 25 namanya diperkenalkan Allah Ta’ala kepada kita di dalam Al-Qur’an maupun yang lainnya yang kita tidak tahu nama-nama mereka tetapi dikatakan oleh para ulama jumlah mereka mungkin mencapai 124.000 itu- semuanya juga telah menyampaikan seruan abadi tsb.
Hingga tibalah giliran utusan Allah Ta’ala yang terakhir yakni Nabiyullah Muhammad saw. Beliau merupakan penutup dari rangkaian para Nabi dan Rasul ‘alaihimus-salaam.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّه
ِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang lelaki diantara kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab ayat 40)
Berarti kesimpulannya ialah:
  1. Karena Nabi Muhammad saw merupakan Penutup para Nabi, berarti tidak bakal ada lagi Nabi setelahnya yang diutus Allah Ta’ala untuk membawa ajaran baru bagi ummat manusia
  2. Barangsiapa yang lahir dan hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw (Penutup para Nabi) pantas dijuluki sebagai Ummat Muhammad saw, baik ia muslim maupun kafir
  3. Ummat Muhammad saw merupakan Penutup Para Ummat atau Ummat Akhir Zaman yang dipimpin oleh Nabi Akhir Zaman. So, we are living in the end of time. Kita merupakan ummat manusia yang menjalani hidup di ujung parjalanan umur dunia.
  4. Kalaupun aqidah iman-islam kita mengajarkan bahwa kelak di akhir zaman akan diturunkan seorang Nabiyullah yang selama ini dipelihara Allah Ta’ala di langit selama ribuan tahun, yakni Nabi Isa Al-Masih putra Maryam as, maka itu bukan berarti ia akan datang membawa ajaran baru. Bahkan kehadirannya kelak adalah sebagai pengikut & pengokoh ajaran Nabi Muhammad saw. Ia akan mengajak ahli-kitab, kaum Yahudi dan Nasrani untuk memeluk ajaran Nabi Muhammad saw, ajaran Islam. Sebab semua Nabi dan Rasul para utusan Allah pada hakikatnya selalu mengajak manusia kepada ajaran Islam Tauhid, yaitu mengesakan Allah Ta’ala semata.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Kesadaran bahwa kita merupakan Ummat Akhir Zaman atau The Last of Mankind Living in the End of Time merupakan perkara penting. Sebab hal ini akan membawa kita pada keyakinan bahwa Hari Akhir telah dekat kedatangannya. Bahkan Allah Ta’ala berfirman sbb:
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّه
ِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيباً
"Manusia bertanya kepadamu tentang hari akhir. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari akhir itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari akhir itu sudah dekat waktunya.” (QS Al-Ahzab 63)
Dan Rasulullah saw sendiri bersabda:
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ فِي نَفَسِ السَّاعَةِ فَسَبَقْتُهَا
كَمَا سَبَقَتْ هَذِهِ هَذِهِ لِأُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku.” (HR Muslim 4141)
Saudaraku, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Bila Hari Akhir sudah dekat waktunya -bahkan semenjak diutusnya Nabi Muhammad saw 15 abad yang lalu- pantaslah Allah Ta’ala menyuruh kita mempersiapkan diri menghadapi hari esok yang perintahnya diletakkan di antara dua kali penyebutan perintah bertaqwa kepadaNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS AlHasyr ayat 18)
“Ya Allah, jadikanlah ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan kami benar-benar menghasilkan taqwa yang memadai untuk membekali kami menghadapi tanda demi tanda Akhir Zaman yang terus berdatangan. Kami sadar bahwa semakin mendekati Hari Akhir tentunya ujian dan fitnah yang datang akan kian berat. Yaa muuqallibal-quluub tsabbit quluubanaa ‘ala diinika. Ya Allah Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas ajaranMu.”
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Rasulullah saw menjelaskan kepada kita sejak 15 abad yang lalu bahwa Ummat Islam yang hidup di Era Akhir Zaman ini akan mengalami perjalanan sejarah yang mengandung lima babak.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّاً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“(1) Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(2) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(3) Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(4) Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator) berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(5) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad 17680)
Hadits ini menguraikan Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam yang terdiri dari lima babak sbb:
Babak I: Kenabian
Babak II: Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian
Babak III: Raja-raja yang Menggigit
Babak IV: Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator)
Babak V: Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Babak pertama atau babak Kenabian النُّبُوَّة adalah masa dimana ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabiyullah Muhammad saw secara langsung. Babak ini berlangsung singkat yaitu 23 tahun (13 tahun Sebelum Hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai seperempat abad lamanya. Tetapi ia merupakan masa yang singkat namun diberkahi Allah Ta’ala. Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah). Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar dibawah naungan Nurul Islam (Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam). SubhaanAllah. Babak pertama sudah berlalu, saudaraku.
Babak kedua atau babak Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ adalah masa dimana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat mulia yang dijuluki Khulafaa Ar-Rasyidin (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah mengikuti Allah dan RasulNya). Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa kecuali). Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H), seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabiyullah Muhammad saw:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ
“Era Al-Khilafah di dalam ummatku berlangsung tigapuluh tahun, kemudian sesudah itu muncullah era kerajaan demi kerajaan.” (HR At-Tirmidzi 2152)
Babak kedua sudah berlalu, saudaraku.
Kemudian muncullah babak ketiga atau babak kepemimpinan Raja-raja yang Menggigit مُلْكًا عَاضًّا . Ia adalah masa dimana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 13 abad, tepatnya selama 1302 tahun. Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan Islam besar yaitu Daulat Bani Umayyah lalu Daulat Bani Abbasiyyah kemudian Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (barat) lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.
Mengapa pada masa ini para pemimpin ummat dijuluki oleh Nabiyullah Muhammad saw sebagai “para raja yang menggigit”, padahal ummat masih menyebut mereka sebagai khalifah, institusi negara Islam masih bernama khilafah dan Al-Qur’an serta Sunnah Nabi saw masih dijunjung tinggi?
Karena ketika itu suksesi pergantian kepemimpinan seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan pola keturunan alias pola kerajaan. Sementara disebut “menggigit” karena para raja tersebut “menggigit” Al-Qur’an dan Sunnah, kualitasnya menurun dibandingkan babak sebelumnya dimana para Khulafaa Ar-Rasyidin “menggenggam” Al-Qur’an dan Sunnah secara kuat dan mantap.
Oleh karenanya, babak ketiga ini jelas babak yang lebih buruk daripada babak kedua. Namun ia masih jauh lebih baik daripada babak keempat, sebab setidaknya ia masih mampu memelihara ummat Islam berada di dalam satu kesatuan Jama’atul Muslimin yang tunggal dengan wilayah geografis Daulah Islamiyyah yang tunggal serta kepemimpinan yang memiliki otoritas tunggal. Pada masa ini tidak ditemukan kasus perbedaan penetapan tanggal jatuhnya hari Raya Idul Fitri, karena masih ada Final Decision Maker yang menyelesaikan berbagai perbedaan hasil ru’yatul hilal yang muncul di tengah ummat. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Babak ketigapun sudah berlalu dan menjadi sejarah, saudaraku.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Setelah perjalanan sejarah Ummat Islam melalui babak pertama, kedua dan ketiga, maka Nabiyullah Muhammad saw selanjutnya memberitakan akan datangnya babak keempat yaitu babak kepemimpinan Raja-raja yang memaksakan kehendak (para diktator) مُلْكًا جَبْرِيَّاً.

Inilah babak yang diawali semenjak runtuhnya kekhalifahan kesultanan Ustmani Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Babak ini ditandai dengan runtuhnya kesatuan Ummat Islam dengan kesatuan wilayah dan kepemimpinannya. Ummat Islam menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Laksana anak-anak yatim kehilangan ayah. Atau laksana gelandangan kehilangan rumah tempat bernaung.
Dunia Islam terurai menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

Negara-negara Islam mengumumkan berdirinya nation-state. Masing-masing menentukan ideologi dan falsafahnya sendiri-sendiri yang pada umumnya tidak berlandaskan panduan umat Islam semestinya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Mulailah masing-masing lebih membanggakan identitas material-geografis kebangsaannya daripada identitas spiritual-ideologis keislamannya. Memang, kita tidak semestinya mempertentangkan kebangsaan dengan keislaman. Namun yang pasti, kesadaraan sebagai warga khilafah yang berspirit luas Islam-globalis telah jauh terkubur oleh kesadaraan sebagai warga negara yang berjiwa sempit bangsa-lokalis.
Seorang ulama Pakistan bernama Imran Hosein menyebut dunia kini A Godless Civilization (Peradaban Tak Bertuhan). Ahmad Thompson, seorang penulis Muslim berkebangsaan Inggris, bahkan menyebut dunia kita sejak kurang lebih seratus tahun belakangan merupakan sebuah Sistem Dajjal atau “sistem kafir”.
Ia berpendapat, kondisi dunia kini sangat bertentangan dengan sistem kenabian. Berbagai lini kehidupan modern didominasi dajjalic values (nilai-nilai dajjal), bukan prophetic values (nilai-nilai kenabian). Kemudian secara panjang lebar ia bedah satu per satu lini kehidupan modern yang sudah sangat jauh dari nilai keimanan dan sarat nilai kekufuran.
Muhammad Quthb, adik kandung asy-Syahid Sayyid Quthb, menyebut dunia modern sebagai Jahiliyah Abad 20 atau Jahiliyah Modern.

Pada babak keempat ini ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history (masa paling kelam dalam sejarah Islam). Ini sudah merupakan skenario Ilahi dalam rangka menyadarkan kita akan benarnya firman Allah Ta’ala sbb:
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ
وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS Ali Imran ayat 140)
Ada harinya orang-orang beriman mengalami kejayaan dan memiliki peradaban yang kuat, sementara ada harinya ummat Islam merasakan kekalahan, keterpurukan dan ketidak-jelasan peradaban. Ada pula harinya orang-orang kafir berjaya, memiliki peradaban bahkan berlaku semena-mena dan ada harinya mereka keok, kalah serta tidak berdaya menyebarluaskan budaya maksiat dan kekufurannya. Itulah sunnatullah yang mesti berlaku dalam kehidupan di dunia yang fana ini.
Yang penting bagi kita adalah setelah menyadari kita berada pada posisi terpuruk sekarang ini seyogyanya kita bersungguh-sungguh memelihara kesabaran dan konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan kehidupan berpandukan ajaran Islam. Kita tidak mungkin banyak berharap dalam situasi dimana para مُلْكًا جَبْرِيَّاً sedang merajalela menguasai dunia dewasa ini. Kondisi ini bahkan telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah saw melalui berbagai Tanda-tanda Akhir Zaman (اشراط الساعة) yang begitu banyak bermunculan di era kita sekarang ini.
Bahkan jika kita cermati hadits mengenai perjalanan sejarah Ummat Islam riwayat Imam Ahmad di atas sudah sepatutnya kita mengembangkan optimisme –selain sabar dan istiqomah- karena babak keempat bukanlah babak final perjalanan nasib ummat Islam.
Masih ada satu babak lagi yang perlu dijemput oleh ummat Islam. Itulah babak kelima dimana bakal tegak kembali era kepemimpinan orang-orang sekaliber Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, yaitu Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ . Suatu era yang barangkali tidak terbayangkan bagi siapapun yang telah begitu dahsyat terperangkap dalam kesenangan menipu babak keempat sekarang ini. Era yang sudah pasti dinantikan oleh setiap muslim-mu’min yang merindukan tegakknya keadilan dan kejujuran hakiki.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Marilah kita persiapkan diri seoptimal mungkin untuk menghadapi babak final, babak kelima tersebut. Mari kita kenali, fahami dan persiapkan diri menghadapi Tanda-tanda Akhir Zaman yang bakal memenuhi panggung sandiwara dunia di masa peralihan babak keempat menuju babak kelima Ummat Akhir Zaman ini. Pastikan keberfihakan kita kepada Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa Al-Masih as. Pastikan penolakan kita masuk ke dalam pasukan para penguasa diktator babak keempat yang akan berujung pada munculnya puncak fitnah yaitu Dajjal, fitnah terbesar di Akhir Zaman kata Nabi saw.
Ibarat sebuah film, dunia saat ini telah berada pada episode menjelang The End. Bayangkan, sudahlah kita dijuluki Ummat Akhir Zaman, lalu dari lima babak perjalanan Ummat Akhir Zaman yang beriman ini, kita berada di babak keempat pula. Berarti, kita wajib mempersiapkan diri menyongsong babak final Akhir Zaman. Masa transisi dari babak keempat menuju babak kelima kata Nabi saw bakal diwarnai banyak ujian dan fitnah yang kian menghebat sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai era Huru-hara Akhir Zaman.
Tidak ada sutradara manapun yang menulis skenario untuk mengecewakan para penonton. Sutradara selalu memastikan bahwa jagoan atau the Good Guys keluar sebagai pemenang atas para penjahat (the Bad Guys). SubhaanAllah, apalagi Allah Ta’ala, sebaik-baik Penulis Skenario. Pastilah Allah berrencana memenangkan tentaraNya atas tentara Dajjal atau hizbusy-syaithan.
Namun, sebagaimana semua film pada umumnya, mustahil jagoan menang sebelum melalui episode yang paling seru dan dahsyat. Artinya, mustahil babak kelima akan datang bila Ummat Islam berharap mencapainya sekedar dengan berjalan melalui taman-taman bunga. Sudah sewajarnya bilamana peralihan babak keempat menuju babak kelima melewati bukit-bukit berbatu dan jurang-jurang curam diwarnai deraian airmata bahkan sangat mungkin bersimbah darah. Sebab mustahil para penguasa diktator babak keempat akan menyerahkan begitu saja kepemimpinan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh kecuali melalui sebuah perlawanan yang keras. Satu hal yang pasti, masa transisi itu mustahil sekedar melalui meja perundingan, apalagi sekedar melalui permainan pertarungan “kotak suara”. Wallahu ‘alam bish-shawwaab.-
DOA
رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS 18:10)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم ٌ
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS 59:10)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS 3:8)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS 3:147)
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS 2:286)
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا
بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS 3:192-194)
Muhammad Ihsan Tandjung.-
Cimanggis, Depok
1 Syawwal 1429 / September-Oktober 2008

[DOA] bacaan dan Rukun khatib jumat

November 18, 2008 — oRiDo™

Tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :
1. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah

Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua.
Contoh bacaan:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW
Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.
3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk Taqwa
Yang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi, washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.
4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:

فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
Fastabiqul khairooti ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli syaiin qodiiru (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)

أَمّا بَعْدُ
ammaa ba’du..
Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah agar selalu dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, lalu mulai berkhutbah sesuai topiknya.
Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.
……. isi khutbah pertama ………
Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Contoh bacaan:

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.
Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ., أَمَّابعد,
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.
Ammaa ba’ad..
Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.
……. isi khutbah kedua ………
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina.
Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Selanjutnya khatib turun dari mimbar yang langsung diikuti dengan iqamat untuk memulai shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dilakukan dengan membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al kahfi atau yang lainnya.
Demikian bacaan khutbah semoga bermanfaat bagi kita semua.